Selasa, 01 September 2009

iseng..

bosen gw,,,
padahal besok ujian..
status pasien blum kelar lagi gw bikin..
OL bentar aja, ngilangin penat di kepala gw.....

Sabtu, 18 Juli 2009

semangat,,,,
gw mesti berlari untuk mengejar cita-cita :D

Minggu, 12 Juli 2009

eosinophilic granuloma

ILUSTRASI KASUS
Tanggal masuk : 13 – 06 - 2009
Waktu pemeriksaan : 16 – 06 - 2009
Ruang : Cempaka
Nomer status : 773091
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Y
Umur : 44 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SD
Alamat : Meri RT/RW 17/07
Status : Menikah
II. ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Keluhan utama : Benjolan di kepala sebelah kiri
Keluhan tambahan : -
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Pasien datang ke poliklinik bedah saraf RSMS dengan keluhan terdapat benjolan di kepala sebelah kiri sejak kurang lebih 7 tahun yang lalu. Awalnya benjolannya hanya sebesar jempol tetapi makin lama benjolan semakin membesar dan sampai sekarang benjolan sudah sebesar bola tenis. Benjolan tidak sakit bila di tekan dan tidak ada keluhan pada benjolan.
Pasien mengeluh mata kiri sudah tidak dapat melihat lagi dan telinga kiri tidak dapat mendengar lagi dan kulit di sekitar benjolan terasa baal sejak beberapa tahun terakhir ini, awalnya mata kiri dan telinga kiri berfungsi dengan normal karena benjolan di kepala sebelah kiri semakin lama semakin membesar menyebabkan telinga kiri dan mata kiri sudah tidak berfungsi lagi. Pasien mangaku dulu pernah mengalami operasi insisi biopasi, tetapi hasil PA nya tidak tahu dimana. Pasien tidak mengeluh demam, tidak mengalami sakit kepala, tidak ada gangguan pembauan. Pasien mengatakan tidak mengalami keluhan batuk-batuk dan sesak napas. Pasien juga tidak memiliki keluhan perut sebah, mual ataupun mutah. Pasien bekerja sebagai buruh, tidak memiliki kebiasaan merokok, tidak memakai gigi palsu, tidak punya kebiasaan minum alkohol. Lingkungan rumah pasien juga tidak terpapar debu atau bahan kimia industri.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
• Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang serupa.

III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Kuantitatif : GCS : E4M6V5
Vital sign TD : 120/80 mmHg
N : 82 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36,2 oC (aksila)
Orientasi Waktu : Baik
Tempat : Baik
Orang : Baik
Kepala dan Leher
Kepala : Bentuk kepala mesocephal dengan benjolan sebesar bola tenis dengan ± 7 X 8 cm di kepala sebelah kiri, rambut pendek berwarna putih, distribusi merata, tidak ada tanda trauma.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek cahaya +/t.d.l, pupil mata kanan diameter 3 mm.
Hidung : Fungsi hidung baik, tidak ada discharge, tidak ada deviasi septum nasi
Telinga : Telinga kiri tidak dapat mendengar, tidak ada discharge
Leher : Tidak ada deviasi trakea, terdapat benjolan sebesar biji kacang di kiri leher
Thorak
Paru
Inspeksi : Simetris, datar, tidak ada pergerakan nafas yang tertinggal
Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : SD Vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis teraba pada ICS V 2 jari medial LMC
sinistra, tidak kuat angkat
Perkusi : Batas kanan atas : ICS II LPS dextra
Batas kanan bawah : ICS IV LPS dextra
Batas kiri atas : ICS II LPS sinistra
Batas kiri bawah : ICS V LMC sinistra
Auskultasi : S1>S2 regular-regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising Usus (+) normal
Palpasi : supel, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen
Extremitas
Tidak ada deformitas, tidak ada edema, tidak ada sianosis, akral hangat.

B. Status localis
Regio capitis sinistra
Inspeksi : Terlihat benjolan sebesar bola tenis, warna sama dengan warna kulit sekitar
Palpasi : Teraba masa diameter sebesar ± 7 X 8 cm, padat, keras, tidak dapat digerakkan, tidak nyeri tekan

C. Status neurologis
Nervus cranialis
N. I
Daya penghidu : Kanan (N) Kiri : (N)
N. II
Visus : Kanan t.d.l Kiri : t.d.l
Medan penglihatan : Kanan (+) N Kiri : (-)
Buta warna : Kanan t.d.l Kiri : t.d.l
N. III
Reflex cahaya langsung : (kn) + (ki) t.d.l
Reflex cahaya konsensuil : (kn) + (ki) t.d.l
Reflex akomodasi : (kn) + (ki) t.d.l
Bentuk pupil : Bulat
Ukuran : : (kn) 3 mm (ki) t.d.l
Ptosis : : (kn) - (ki) +
Strabismus divergen : s.d.n
Gerak bola mata : Medial +/sdn Medial atas +/sdn
Lateral atas +/sdn Lateral bawah +/sdn
N. IV
Strabismus konvergen : t.d.l
Gerak bola mata : Medial bawah +/s.d.n
N. V
Menggigit : +/+
Reflex bersin : t.d.l
Membuka mulut : +/+
Reflex masseter : t.d.l
Sensibilitas wajah : t.d.l
Reflex zygomatikum : t.d.l
Reflex kornea : t.d.l
Gerakan mengunyah : +/+
N. VI
Strabismus konvergen : s.d.n
Diplopia : s.d.n
Gerak bola mata : Lateral +/s.d.n
N. VII
Reflex glabella : t.d.l
R. aurikulopalpebra : t.d.l
Mengerutkan dahi : +/+
Bersiul : +/+
Mengedip : +/t.d.l Meringis : +/+
Menutup mata : +/t.d.l Tic facialis : -/-
Daya kecap 2/3 ant : t.d.l Lakrimasi : -/-
R. visuopalpebra : t.d.l Mengembungkan pipi : +/+
N. VIII
Tes berbisik : +/-
Menjentikan jari : +/-
N. IX
Reflex muntah : t.d.l
Suara sengau : -
Reflex tersedak : t.d.l
Daya kecap 1/3 post : t.d.l
N.X
Bersuara : (+) Menelan : (+)
N.XI
Memalingkan kepala : (+) Kekuatan bahu : (+)
Sikap bahu : Simetris Tropi otot bahu : -/-
N. XII
Artikulasi : (+) Deviasi lidah : (-)
Tremor : (-) Kekuatan lidah : t.d.l
Motorik Superior Inferior
Gerakan +/+ +/+
Kekuatan 5/5 5/5
Trofi Eutrofi Eutrofi
Tonus +N +N
Klonus - -
RF + +
RP _ _
Sensibilitas + N + N
R. Vegetatif BAK (+) N BAB (+) N

IV. RESUME
Pasien laki-laki umur 44 tahun dirawat dengan keluhan utama benjolan dikepala sebelah kiri. Benjolan sejak 7 tahun yang lalu, semakin lama semakin membesar. Tidak nyeri tekan, Tanda-tanda TIK (-) Riwayat ruptur (-). Riwayat pengobatan (+).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang, CM (GCS=15), tanda vital lain dalam batas normal. Status lokalis regio capitis sinistra massa ukuran sebesar bola tenis, warna sesuai warna kulit sekitar, hiperemis (-), mobile(-), NT(-), transluminasi (-). Status neurologis di dapatkan kelainan nervus cranialis yang ke II, III, VIII .

V. DIAGNOSA
Eosinophilic Granuloma


VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. CT Scan Kepala
Tanggal 15 juni 2009
Bacaan CT Scan
Tampak lesi hipodens bersepta-septa pada regio posterior dari sinus maxilaris kiri, nasofaring kiri, fossa media sebelah kiri, dan regio temporal kiri yang menyebabkan destruksi daro os. Zigomatikum kiri, maksila kiri, sfenoid wing kiri dan temporal kiri baik pars squamosa maupun petrosa.
Post kontras tampak enhacement minimal
1. tampak pendesakan bulbus oculi kiri ke inferior
2. tampak pula hiperostosis dengan stuktur litik pada os temporal dan zigomatikum kiri serta os. Sfenoid kiri .
Kesan : massa pada posterior sinus maksilaris, nasofaring kiri dan intra kranial (fossa media kiri dan temporal kiri) disertai pendesakan, destruksi dan hiperostosis tulang.
B. Foto Rontgen Cranium
Tanggal 15 juni 2009
Bacaan foto rontgen cranium
Tampak penonjolan dengan struktur tulang tipis dan ireguler pada regio zygomatikum dan maksila kiri. Struktur tulang lain nya tampak normal
Kesan : penonjolan dengan struktur tulang tipis dan ireguler pada regio zigomatikum dan maksila kiri.
C. Laboratorium lengkap
Laboratorium Tgl 9 – 06 - 2009
Hb : 15,6 g/dl (13-16 g/dl)
Leukosit : 9300/UI (5.000-10.000/UI)
Eritrosit : 4,5 juta/UI (4,5-5,5 juta/UI)
Ht : 45% (40-48 %)
Trombosit : 2242.000 /UI (150.000-400.000/UI)
MCH : 24 pgr (31-97 pgr)
MCV : 84 fl (82-92 fl)
MCHC : 34,5 % (32-36%)
LED : 8 (0-10)
Hitung jenis
Basofil : 0 (0-1%)
Eosinofil : 0 (1-4%)
Batang : 0 (2-5%)
Segmen : 83% (40-70%)
Limfosit : 13% (19-48%)
Monosit : 4% (3-9%)
SGOT : 31 (17-59)
SGPT : 15 (21-72)
Ureum : 23,4 (19,3-42,8)
Kreatinin : 1,47 (0,8-1,5)
GS : 75 (≤ 200)
VII. RENCANA TERAPI
Khusus : Craniotomi
IX. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia
Quo ad Functionam : dubia
Quo ad sanationam : dubia
TINJAUAN PUSTAKA

Eosinophilic granuloma
Eosinophilic granuloma adalah satu dari tiga penyakit yang tergolong penyakit hystiocystosis X. Dua yang lainnya adalah Letterer-Siwe disease and Hand-SchUller-Chnstian syndrome. Eosinophilic granuloma (sebelumnya diistilahkan histiocytosis X). Eosinophilic granuloma memegang 60% dari semua kasus histiocytosis X. dimana sel-sel pembersih yang disebut histiosit dan sel sistem kekebalan lainnya yang disebut eosinofil, berkembangbiak secara abnormal, terutama di tulang dan paru-paru dan seringkali menyebabkan terbentuknya jaringan parut.
Cenderung terjadi antara usia 20-40 tahun. Biasanya mengenai tulang, tulang apapun bisa terkena, tetapi lebih dari 50% kasus mengenai tulang daerah kepala, tulang punggung, pelvis, costae, mandibula, dan tulang panjang. tetapi pada 20% penderita juga mengenai paru-paru, kadang-kadang bahkan hanya paru-paru yang terkena. Jika mengenai paru-paru, gejala dapat berupa batuk, sesak nafas, demam, penurunan berat badan, tapi beberapa penderita tidak menunjukkan gejala. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah pneumotoraks.
EG adalah kelainan jinak yang mempengaruhi anak-anak dan remaja, terutama laki-laki. laki-laki banding perempuan adalah 3:2. Jejas tulang yang mungkin asymptomatic, atau tulang dapat menimbulkan rasa sakit karena perluasan yang berkenaan degan sumsum tulang. Patah tulang patologis mungkin dapat terjadi.

PENYEBAB
Penyebabnya tidak diketahui.

GEJALA
Gejala umum yang biasa ditemukan pada penderita dewasa:
- batuk
- sesak nafas
- nyeri dada
- demam
- penurunan berat badan
- merasa tidak enak badan
- pembentukan air kemih meningkat
- banyak minum/sering merasa haus
- nyeri tulang.

Gejala yang biasa ditemukan pada anak-anak:
- gagal berkembang
- penurunan berat badan
- rewel
- demam
- dermatitis seboroik di kulit kepala
- nyeri perut
- sakit kuning
- muntah
- sering merasa haus
- sering berkemih
- bertubuh pendek
- masa puber tertunda
- kemunduran mental
- sakit kepala
- pusing
- kejang
- bola mata menonjol
- pembengkakan kelenjar getah bening
- ruam yang menyeluruh (peteki atau purpura)
- nyeri tulang (bisa ada atau tidak).

DIAGNOSIS
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita dewasa:
• Rontgen dada
• Bronkoskopi disertai biopsi (pada histiosit akan tampak badan X)
• Tes fungsi paru.

Pada penderita anak-anak dilakukan pemeriksaan berikut:
• Rontgen tulang
• Rontgen seluruh kerangka tubuh untuk menilai beratnya kerusakan tulang
• Biopsi tulang untuk melihat adanya sel Langerhans
• Biopsi kulit untuk melihat adanya sel Langerhans
• Biopsi sumsum tulang
• Hitung jenis darah.
PENATALAKSANAAN DAN PROGNOSIS
Eosinophilic granuloma dapat diobati dengan corticosteroid dan obat-obat sitotoksik, seperti cyclophosphamide. Terapi untuk tulang, sama dengan pengobatan untuk tumor tulang (terapi penyinaran atau pembedahan).

Terapi suportif diberikan untuk mengatasi berbagai efek samping dari penyakit ini, yaitu berupa:
- pemberian antibiotik
- pemasangan respirator untuk membantu fungsi pernafasan
- terapi fisik
- shampo yang mengandung selenium
- terapi sulih hormon.

Kematian biasanya terjadi karena gagal pernafasan atau gagal jantung.






DAFTAR PUSTAKA
1. Histiositosis X. Available from: http://medicastore.com/penyakit/437/Histiositosis_X_Langerhans%27_cell_granulomatosis.html. [cited June 28, 2009].
2. Eosinophilic granuloma. Available from: http://brighamrad.harvard.edu/Cases/bwh/hcache/39/full.html. [cited June 28, 2009].

eosinophilic granuloma

ILUSTRASI KASUS
Tanggal masuk : 13 – 06 - 2009
Waktu pemeriksaan : 16 – 06 - 2009
Ruang : Cempaka
Nomer status : 773091
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Y
Umur : 44 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SD
Alamat : Meri RT/RW 17/07
Status : Menikah
II. ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Keluhan utama : Benjolan di kepala sebelah kiri
Keluhan tambahan : -
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Pasien datang ke poliklinik bedah saraf RSMS dengan keluhan terdapat benjolan di kepala sebelah kiri sejak kurang lebih 7 tahun yang lalu. Awalnya benjolannya hanya sebesar jempol tetapi makin lama benjolan semakin membesar dan sampai sekarang benjolan sudah sebesar bola tenis. Benjolan tidak sakit bila di tekan dan tidak ada keluhan pada benjolan.
Pasien mengeluh mata kiri sudah tidak dapat melihat lagi dan telinga kiri tidak dapat mendengar lagi dan kulit di sekitar benjolan terasa baal sejak beberapa tahun terakhir ini, awalnya mata kiri dan telinga kiri berfungsi dengan normal karena benjolan di kepala sebelah kiri semakin lama semakin membesar menyebabkan telinga kiri dan mata kiri sudah tidak berfungsi lagi. Pasien mangaku dulu pernah mengalami operasi insisi biopasi, tetapi hasil PA nya tidak tahu dimana. Pasien tidak mengeluh demam, tidak mengalami sakit kepala, tidak ada gangguan pembauan. Pasien mengatakan tidak mengalami keluhan batuk-batuk dan sesak napas. Pasien juga tidak memiliki keluhan perut sebah, mual ataupun mutah. Pasien bekerja sebagai buruh, tidak memiliki kebiasaan merokok, tidak memakai gigi palsu, tidak punya kebiasaan minum alkohol. Lingkungan rumah pasien juga tidak terpapar debu atau bahan kimia industri.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
• Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang serupa.

III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Kuantitatif : GCS : E4M6V5
Vital sign TD : 120/80 mmHg
N : 82 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36,2 oC (aksila)
Orientasi Waktu : Baik
Tempat : Baik
Orang : Baik
Kepala dan Leher
Kepala : Bentuk kepala mesocephal dengan benjolan sebesar bola tenis dengan ± 7 X 8 cm di kepala sebelah kiri, rambut pendek berwarna putih, distribusi merata, tidak ada tanda trauma.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek cahaya +/t.d.l, pupil mata kanan diameter 3 mm.
Hidung : Fungsi hidung baik, tidak ada discharge, tidak ada deviasi septum nasi
Telinga : Telinga kiri tidak dapat mendengar, tidak ada discharge
Leher : Tidak ada deviasi trakea, terdapat benjolan sebesar biji kacang di kiri leher
Thorak
Paru
Inspeksi : Simetris, datar, tidak ada pergerakan nafas yang tertinggal
Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : SD Vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis teraba pada ICS V 2 jari medial LMC
sinistra, tidak kuat angkat
Perkusi : Batas kanan atas : ICS II LPS dextra
Batas kanan bawah : ICS IV LPS dextra
Batas kiri atas : ICS II LPS sinistra
Batas kiri bawah : ICS V LMC sinistra
Auskultasi : S1>S2 regular-regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising Usus (+) normal
Palpasi : supel, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen
Extremitas
Tidak ada deformitas, tidak ada edema, tidak ada sianosis, akral hangat.

B. Status localis
Regio capitis sinistra
Inspeksi : Terlihat benjolan sebesar bola tenis, warna sama dengan warna kulit sekitar
Palpasi : Teraba masa diameter sebesar ± 7 X 8 cm, padat, keras, tidak dapat digerakkan, tidak nyeri tekan

C. Status neurologis
Nervus cranialis
N. I
Daya penghidu : Kanan (N) Kiri : (N)
N. II
Visus : Kanan t.d.l Kiri : t.d.l
Medan penglihatan : Kanan (+) N Kiri : (-)
Buta warna : Kanan t.d.l Kiri : t.d.l
N. III
Reflex cahaya langsung : (kn) + (ki) t.d.l
Reflex cahaya konsensuil : (kn) + (ki) t.d.l
Reflex akomodasi : (kn) + (ki) t.d.l
Bentuk pupil : Bulat
Ukuran : : (kn) 3 mm (ki) t.d.l
Ptosis : : (kn) - (ki) +
Strabismus divergen : s.d.n
Gerak bola mata : Medial +/sdn Medial atas +/sdn
Lateral atas +/sdn Lateral bawah +/sdn
N. IV
Strabismus konvergen : t.d.l
Gerak bola mata : Medial bawah +/s.d.n
N. V
Menggigit : +/+
Reflex bersin : t.d.l
Membuka mulut : +/+
Reflex masseter : t.d.l
Sensibilitas wajah : t.d.l
Reflex zygomatikum : t.d.l
Reflex kornea : t.d.l
Gerakan mengunyah : +/+
N. VI
Strabismus konvergen : s.d.n
Diplopia : s.d.n
Gerak bola mata : Lateral +/s.d.n
N. VII
Reflex glabella : t.d.l
R. aurikulopalpebra : t.d.l
Mengerutkan dahi : +/+
Bersiul : +/+
Mengedip : +/t.d.l Meringis : +/+
Menutup mata : +/t.d.l Tic facialis : -/-
Daya kecap 2/3 ant : t.d.l Lakrimasi : -/-
R. visuopalpebra : t.d.l Mengembungkan pipi : +/+
N. VIII
Tes berbisik : +/-
Menjentikan jari : +/-
N. IX
Reflex muntah : t.d.l
Suara sengau : -
Reflex tersedak : t.d.l
Daya kecap 1/3 post : t.d.l
N.X
Bersuara : (+) Menelan : (+)
N.XI
Memalingkan kepala : (+) Kekuatan bahu : (+)
Sikap bahu : Simetris Tropi otot bahu : -/-
N. XII
Artikulasi : (+) Deviasi lidah : (-)
Tremor : (-) Kekuatan lidah : t.d.l
Motorik Superior Inferior
Gerakan +/+ +/+
Kekuatan 5/5 5/5
Trofi Eutrofi Eutrofi
Tonus +N +N
Klonus - -
RF + +
RP _ _
Sensibilitas + N + N
R. Vegetatif BAK (+) N BAB (+) N

IV. RESUME
Pasien laki-laki umur 44 tahun dirawat dengan keluhan utama benjolan dikepala sebelah kiri. Benjolan sejak 7 tahun yang lalu, semakin lama semakin membesar. Tidak nyeri tekan, Tanda-tanda TIK (-) Riwayat ruptur (-). Riwayat pengobatan (+).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang, CM (GCS=15), tanda vital lain dalam batas normal. Status lokalis regio capitis sinistra massa ukuran sebesar bola tenis, warna sesuai warna kulit sekitar, hiperemis (-), mobile(-), NT(-), transluminasi (-). Status neurologis di dapatkan kelainan nervus cranialis yang ke II, III, VIII .

V. DIAGNOSA
Eosinophilic Granuloma


VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. CT Scan Kepala
Tanggal 15 juni 2009
Bacaan CT Scan
Tampak lesi hipodens bersepta-septa pada regio posterior dari sinus maxilaris kiri, nasofaring kiri, fossa media sebelah kiri, dan regio temporal kiri yang menyebabkan destruksi daro os. Zigomatikum kiri, maksila kiri, sfenoid wing kiri dan temporal kiri baik pars squamosa maupun petrosa.
Post kontras tampak enhacement minimal
1. tampak pendesakan bulbus oculi kiri ke inferior
2. tampak pula hiperostosis dengan stuktur litik pada os temporal dan zigomatikum kiri serta os. Sfenoid kiri .
Kesan : massa pada posterior sinus maksilaris, nasofaring kiri dan intra kranial (fossa media kiri dan temporal kiri) disertai pendesakan, destruksi dan hiperostosis tulang.
B. Foto Rontgen Cranium
Tanggal 15 juni 2009
Bacaan foto rontgen cranium
Tampak penonjolan dengan struktur tulang tipis dan ireguler pada regio zygomatikum dan maksila kiri. Struktur tulang lain nya tampak normal
Kesan : penonjolan dengan struktur tulang tipis dan ireguler pada regio zigomatikum dan maksila kiri.
C. Laboratorium lengkap
Laboratorium Tgl 9 – 06 - 2009
Hb : 15,6 g/dl (13-16 g/dl)
Leukosit : 9300/UI (5.000-10.000/UI)
Eritrosit : 4,5 juta/UI (4,5-5,5 juta/UI)
Ht : 45% (40-48 %)
Trombosit : 2242.000 /UI (150.000-400.000/UI)
MCH : 24 pgr (31-97 pgr)
MCV : 84 fl (82-92 fl)
MCHC : 34,5 % (32-36%)
LED : 8 (0-10)
Hitung jenis
Basofil : 0 (0-1%)
Eosinofil : 0 (1-4%)
Batang : 0 (2-5%)
Segmen : 83% (40-70%)
Limfosit : 13% (19-48%)
Monosit : 4% (3-9%)
SGOT : 31 (17-59)
SGPT : 15 (21-72)
Ureum : 23,4 (19,3-42,8)
Kreatinin : 1,47 (0,8-1,5)
GS : 75 (≤ 200)
VII. RENCANA TERAPI
Khusus : Craniotomi
IX. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia
Quo ad Functionam : dubia
Quo ad sanationam : dubia
TINJAUAN PUSTAKA

Eosinophilic granuloma
Eosinophilic granuloma adalah satu dari tiga penyakit yang tergolong penyakit hystiocystosis X. Dua yang lainnya adalah Letterer-Siwe disease and Hand-SchUller-Chnstian syndrome. Eosinophilic granuloma (sebelumnya diistilahkan histiocytosis X). Eosinophilic granuloma memegang 60% dari semua kasus histiocytosis X. dimana sel-sel pembersih yang disebut histiosit dan sel sistem kekebalan lainnya yang disebut eosinofil, berkembangbiak secara abnormal, terutama di tulang dan paru-paru dan seringkali menyebabkan terbentuknya jaringan parut.
Cenderung terjadi antara usia 20-40 tahun. Biasanya mengenai tulang, tulang apapun bisa terkena, tetapi lebih dari 50% kasus mengenai tulang daerah kepala, tulang punggung, pelvis, costae, mandibula, dan tulang panjang. tetapi pada 20% penderita juga mengenai paru-paru, kadang-kadang bahkan hanya paru-paru yang terkena. Jika mengenai paru-paru, gejala dapat berupa batuk, sesak nafas, demam, penurunan berat badan, tapi beberapa penderita tidak menunjukkan gejala. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah pneumotoraks.
EG adalah kelainan jinak yang mempengaruhi anak-anak dan remaja, terutama laki-laki. laki-laki banding perempuan adalah 3:2. Jejas tulang yang mungkin asymptomatic, atau tulang dapat menimbulkan rasa sakit karena perluasan yang berkenaan degan sumsum tulang. Patah tulang patologis mungkin dapat terjadi.

PENYEBAB
Penyebabnya tidak diketahui.

GEJALA
Gejala umum yang biasa ditemukan pada penderita dewasa:
- batuk
- sesak nafas
- nyeri dada
- demam
- penurunan berat badan
- merasa tidak enak badan
- pembentukan air kemih meningkat
- banyak minum/sering merasa haus
- nyeri tulang.

Gejala yang biasa ditemukan pada anak-anak:
- gagal berkembang
- penurunan berat badan
- rewel
- demam
- dermatitis seboroik di kulit kepala
- nyeri perut
- sakit kuning
- muntah
- sering merasa haus
- sering berkemih
- bertubuh pendek
- masa puber tertunda
- kemunduran mental
- sakit kepala
- pusing
- kejang
- bola mata menonjol
- pembengkakan kelenjar getah bening
- ruam yang menyeluruh (peteki atau purpura)
- nyeri tulang (bisa ada atau tidak).

DIAGNOSIS
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita dewasa:
• Rontgen dada
• Bronkoskopi disertai biopsi (pada histiosit akan tampak badan X)
• Tes fungsi paru.

Pada penderita anak-anak dilakukan pemeriksaan berikut:
• Rontgen tulang
• Rontgen seluruh kerangka tubuh untuk menilai beratnya kerusakan tulang
• Biopsi tulang untuk melihat adanya sel Langerhans
• Biopsi kulit untuk melihat adanya sel Langerhans
• Biopsi sumsum tulang
• Hitung jenis darah.
PENATALAKSANAAN DAN PROGNOSIS
Eosinophilic granuloma dapat diobati dengan corticosteroid dan obat-obat sitotoksik, seperti cyclophosphamide. Terapi untuk tulang, sama dengan pengobatan untuk tumor tulang (terapi penyinaran atau pembedahan).

Terapi suportif diberikan untuk mengatasi berbagai efek samping dari penyakit ini, yaitu berupa:
- pemberian antibiotik
- pemasangan respirator untuk membantu fungsi pernafasan
- terapi fisik
- shampo yang mengandung selenium
- terapi sulih hormon.

Kematian biasanya terjadi karena gagal pernafasan atau gagal jantung.






DAFTAR PUSTAKA
1. Histiositosis X. Available from: http://medicastore.com/penyakit/437/Histiositosis_X_Langerhans%27_cell_granulomatosis.html. [cited June 28, 2009].
2. Eosinophilic granuloma. Available from: http://brighamrad.harvard.edu/Cases/bwh/hcache/39/full.html. [cited June 28, 2009].

eosinophilic granuloma

ILUSTRASI KASUS
Tanggal masuk : 13 – 06 - 2009
Waktu pemeriksaan : 16 – 06 - 2009
Ruang : Cempaka
Nomer status : 773091
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Yudi
Umur : 44 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SD
Alamat : Meri RT/RW 17/07
Status : Menikah
II. ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Keluhan utama : Benjolan di kepala sebelah kiri
Keluhan tambahan : -
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Pasien datang ke poliklinik bedah saraf RSMS dengan keluhan terdapat benjolan di kepala sebelah kiri sejak kurang lebih 7 tahun yang lalu. Awalnya benjolannya hanya sebesar jempol tetapi makin lama benjolan semakin membesar dan sampai sekarang benjolan sudah sebesar bola tenis. Benjolan tidak sakit bila di tekan dan tidak ada keluhan pada benjolan.
Pasien mengeluh mata kiri sudah tidak dapat melihat lagi dan telinga kiri tidak dapat mendengar lagi dan kulit di sekitar benjolan terasa baal sejak beberapa tahun terakhir ini, awalnya mata kiri dan telinga kiri berfungsi dengan normal karena benjolan di kepala sebelah kiri semakin lama semakin membesar menyebabkan telinga kiri dan mata kiri sudah tidak berfungsi lagi. Pasien mangaku dulu pernah mengalami operasi insisi biopasi, tetapi hasil PA nya tidak tahu dimana. Pasien tidak mengeluh demam, tidak mengalami sakit kepala, tidak ada gangguan pembauan. Pasien mengatakan tidak mengalami keluhan batuk-batuk dan sesak napas. Pasien juga tidak memiliki keluhan perut sebah, mual ataupun mutah. Pasien bekerja sebagai buruh, tidak memiliki kebiasaan merokok, tidak memakai gigi palsu, tidak punya kebiasaan minum alkohol. Lingkungan rumah pasien juga tidak terpapar debu atau bahan kimia industri.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
• Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang serupa.

III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Kuantitatif : GCS : E4M6V5
Vital sign TD : 120/80 mmHg
N : 82 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36,2 oC (aksila)
Orientasi Waktu : Baik
Tempat : Baik
Orang : Baik
Kepala dan Leher
Kepala : Bentuk kepala mesocephal dengan benjolan sebesar bola tenis dengan ± 7 X 8 cm di kepala sebelah kiri, rambut pendek berwarna putih, distribusi merata, tidak ada tanda trauma.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek cahaya +/t.d.l, pupil mata kanan diameter 3 mm.
Hidung : Fungsi hidung baik, tidak ada discharge, tidak ada deviasi septum nasi
Telinga : Telinga kiri tidak dapat mendengar, tidak ada discharge
Leher : Tidak ada deviasi trakea, terdapat benjolan sebesar biji kacang di kiri leher
Thorak
Paru
Inspeksi : Simetris, datar, tidak ada pergerakan nafas yang tertinggal
Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : SD Vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis teraba pada ICS V 2 jari medial LMC
sinistra, tidak kuat angkat
Perkusi : Batas kanan atas : ICS II LPS dextra
Batas kanan bawah : ICS IV LPS dextra
Batas kiri atas : ICS II LPS sinistra
Batas kiri bawah : ICS V LMC sinistra
Auskultasi : S1>S2 regular-regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising Usus (+) normal
Palpasi : supel, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen
Extremitas
Tidak ada deformitas, tidak ada edema, tidak ada sianosis, akral hangat.

B. Status localis
Regio capitis sinistra
Inspeksi : Terlihat benjolan sebesar bola tenis, warna sama dengan warna kulit sekitar
Palpasi : Teraba masa diameter sebesar ± 7 X 8 cm, padat, keras, tidak dapat digerakkan, tidak nyeri tekan

C. Status neurologis
Nervus cranialis
N. I
Daya penghidu : Kanan (N) Kiri : (N)
N. II
Visus : Kanan t.d.l Kiri : t.d.l
Medan penglihatan : Kanan (+) N Kiri : (-)
Buta warna : Kanan t.d.l Kiri : t.d.l
N. III
Reflex cahaya langsung : (kn) + (ki) t.d.l
Reflex cahaya konsensuil : (kn) + (ki) t.d.l
Reflex akomodasi : (kn) + (ki) t.d.l
Bentuk pupil : Bulat
Ukuran : : (kn) 3 mm (ki) t.d.l
Ptosis : : (kn) - (ki) +
Strabismus divergen : s.d.n
Gerak bola mata : Medial +/sdn Medial atas +/sdn
Lateral atas +/sdn Lateral bawah +/sdn
N. IV
Strabismus konvergen : t.d.l
Gerak bola mata : Medial bawah +/s.d.n
N. V
Menggigit : +/+
Reflex bersin : t.d.l
Membuka mulut : +/+
Reflex masseter : t.d.l
Sensibilitas wajah : t.d.l
Reflex zygomatikum : t.d.l
Reflex kornea : t.d.l
Gerakan mengunyah : +/+
N. VI
Strabismus konvergen : s.d.n
Diplopia : s.d.n
Gerak bola mata : Lateral +/s.d.n
N. VII
Reflex glabella : t.d.l
R. aurikulopalpebra : t.d.l
Mengerutkan dahi : +/+
Bersiul : +/+
Mengedip : +/t.d.l Meringis : +/+
Menutup mata : +/t.d.l Tic facialis : -/-
Daya kecap 2/3 ant : t.d.l Lakrimasi : -/-
R. visuopalpebra : t.d.l Mengembungkan pipi : +/+
N. VIII
Tes berbisik : +/-
Menjentikan jari : +/-
N. IX
Reflex muntah : t.d.l
Suara sengau : -
Reflex tersedak : t.d.l
Daya kecap 1/3 post : t.d.l
N.X
Bersuara : (+) Menelan : (+)
N.XI
Memalingkan kepala : (+) Kekuatan bahu : (+)
Sikap bahu : Simetris Tropi otot bahu : -/-
N. XII
Artikulasi : (+) Deviasi lidah : (-)
Tremor : (-) Kekuatan lidah : t.d.l
Motorik Superior Inferior
Gerakan +/+ +/+
Kekuatan 5/5 5/5
Trofi Eutrofi Eutrofi
Tonus +N +N
Klonus - -
RF + +
RP _ _
Sensibilitas + N + N
R. Vegetatif BAK (+) N BAB (+) N

IV. RESUME
Pasien laki-laki umur 44 tahun dirawat dengan keluhan utama benjolan dikepala sebelah kiri. Benjolan sejak 7 tahun yang lalu, semakin lama semakin membesar. Tidak nyeri tekan, Tanda-tanda TIK (-) Riwayat ruptur (-). Riwayat pengobatan (+).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang, CM (GCS=15), tanda vital lain dalam batas normal. Status lokalis regio capitis sinistra massa ukuran sebesar bola tenis, warna sesuai warna kulit sekitar, hiperemis (-), mobile(-), NT(-), transluminasi (-). Status neurologis di dapatkan kelainan nervus cranialis yang ke II, III, VIII .

V. DIAGNOSA
Eosinophilic Granuloma


VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. CT Scan Kepala
Tanggal 15 juni 2009
Bacaan CT Scan
Tampak lesi hipodens bersepta-septa pada regio posterior dari sinus maxilaris kiri, nasofaring kiri, fossa media sebelah kiri, dan regio temporal kiri yang menyebabkan destruksi daro os. Zigomatikum kiri, maksila kiri, sfenoid wing kiri dan temporal kiri baik pars squamosa maupun petrosa.
Post kontras tampak enhacement minimal
1. tampak pendesakan bulbus oculi kiri ke inferior
2. tampak pula hiperostosis dengan stuktur litik pada os temporal dan zigomatikum kiri serta os. Sfenoid kiri .
Kesan : massa pada posterior sinus maksilaris, nasofaring kiri dan intra kranial (fossa media kiri dan temporal kiri) disertai pendesakan, destruksi dan hiperostosis tulang.
B. Foto Rontgen Cranium
Tanggal 15 juni 2009
Bacaan foto rontgen cranium
Tampak penonjolan dengan struktur tulang tipis dan ireguler pada regio zygomatikum dan maksila kiri. Struktur tulang lain nya tampak normal
Kesan : penonjolan dengan struktur tulang tipis dan ireguler pada regio zigomatikum dan maksila kiri.
C. Laboratorium lengkap
Laboratorium Tgl 9 – 06 - 2009
Hb : 15,6 g/dl (13-16 g/dl)
Leukosit : 9300/UI (5.000-10.000/UI)
Eritrosit : 4,5 juta/UI (4,5-5,5 juta/UI)
Ht : 45% (40-48 %)
Trombosit : 2242.000 /UI (150.000-400.000/UI)
MCH : 24 pgr (31-97 pgr)
MCV : 84 fl (82-92 fl)
MCHC : 34,5 % (32-36%)
LED : 8 (0-10)
Hitung jenis
Basofil : 0 (0-1%)
Eosinofil : 0 (1-4%)
Batang : 0 (2-5%)
Segmen : 83% (40-70%)
Limfosit : 13% (19-48%)
Monosit : 4% (3-9%)
SGOT : 31 (17-59)
SGPT : 15 (21-72)
Ureum : 23,4 (19,3-42,8)
Kreatinin : 1,47 (0,8-1,5)
GS : 75 (≤ 200)
VII. RENCANA TERAPI
Khusus : Craniotomi
IX. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia
Quo ad Functionam : dubia
Quo ad sanationam : dubia
TINJAUAN PUSTAKA

Eosinophilic granuloma
Eosinophilic granuloma adalah satu dari tiga penyakit yang tergolong penyakit hystiocystosis X. Dua yang lainnya adalah Letterer-Siwe disease and Hand-SchUller-Chnstian syndrome. Eosinophilic granuloma (sebelumnya diistilahkan histiocytosis X). Eosinophilic granuloma memegang 60% dari semua kasus histiocytosis X. dimana sel-sel pembersih yang disebut histiosit dan sel sistem kekebalan lainnya yang disebut eosinofil, berkembangbiak secara abnormal, terutama di tulang dan paru-paru dan seringkali menyebabkan terbentuknya jaringan parut.
Cenderung terjadi antara usia 20-40 tahun. Biasanya mengenai tulang, tulang apapun bisa terkena, tetapi lebih dari 50% kasus mengenai tulang daerah kepala, tulang punggung, pelvis, costae, mandibula, dan tulang panjang. tetapi pada 20% penderita juga mengenai paru-paru, kadang-kadang bahkan hanya paru-paru yang terkena. Jika mengenai paru-paru, gejala dapat berupa batuk, sesak nafas, demam, penurunan berat badan, tapi beberapa penderita tidak menunjukkan gejala. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah pneumotoraks.
EG adalah kelainan jinak yang mempengaruhi anak-anak dan remaja, terutama laki-laki. laki-laki banding perempuan adalah 3:2. Jejas tulang yang mungkin asymptomatic, atau tulang dapat menimbulkan rasa sakit karena perluasan yang berkenaan degan sumsum tulang. Patah tulang patologis mungkin dapat terjadi.

PENYEBAB
Penyebabnya tidak diketahui.

GEJALA
Gejala umum yang biasa ditemukan pada penderita dewasa:
- batuk
- sesak nafas
- nyeri dada
- demam
- penurunan berat badan
- merasa tidak enak badan
- pembentukan air kemih meningkat
- banyak minum/sering merasa haus
- nyeri tulang.

Gejala yang biasa ditemukan pada anak-anak:
- gagal berkembang
- penurunan berat badan
- rewel
- demam
- dermatitis seboroik di kulit kepala
- nyeri perut
- sakit kuning
- muntah
- sering merasa haus
- sering berkemih
- bertubuh pendek
- masa puber tertunda
- kemunduran mental
- sakit kepala
- pusing
- kejang
- bola mata menonjol
- pembengkakan kelenjar getah bening
- ruam yang menyeluruh (peteki atau purpura)
- nyeri tulang (bisa ada atau tidak).

DIAGNOSIS
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita dewasa:
• Rontgen dada
• Bronkoskopi disertai biopsi (pada histiosit akan tampak badan X)
• Tes fungsi paru.

Pada penderita anak-anak dilakukan pemeriksaan berikut:
• Rontgen tulang
• Rontgen seluruh kerangka tubuh untuk menilai beratnya kerusakan tulang
• Biopsi tulang untuk melihat adanya sel Langerhans
• Biopsi kulit untuk melihat adanya sel Langerhans
• Biopsi sumsum tulang
• Hitung jenis darah.
PENATALAKSANAAN DAN PROGNOSIS
Eosinophilic granuloma dapat diobati dengan corticosteroid dan obat-obat sitotoksik, seperti cyclophosphamide. Terapi untuk tulang, sama dengan pengobatan untuk tumor tulang (terapi penyinaran atau pembedahan).

Terapi suportif diberikan untuk mengatasi berbagai efek samping dari penyakit ini, yaitu berupa:
- pemberian antibiotik
- pemasangan respirator untuk membantu fungsi pernafasan
- terapi fisik
- shampo yang mengandung selenium
- terapi sulih hormon.

Kematian biasanya terjadi karena gagal pernafasan atau gagal jantung.






DAFTAR PUSTAKA
1. Histiositosis X. Available from: http://medicastore.com/penyakit/437/Histiositosis_X_Langerhans%27_cell_granulomatosis.html. [cited June 28, 2009].
2. Eosinophilic granuloma. Available from: http://brighamrad.harvard.edu/Cases/bwh/hcache/39/full.html. [cited June 28, 2009].

Minggu, 07 Juni 2009

presentasi kasus fibroadenoma mammae

ILUSTRASI KASUS
Tanggal masuk : 22 – 05 - 2009
Waktu pemeriksaan : 25 – 05 - 2009
Ruang : Teratai
Nomer status : 760578
I. IDENTITAS PASIEN
Nama :***********
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : **************
Status : Belum Menikah
II. ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Keluhan utama : Terdapat benjolan di payudara kiri
Keluhan tambahan : -
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Pasien datang ke poliklinik bedah umum RSMS dengan keluhan terdapat benjolan di payudara kiri sejak 2 bulan yang lalu. Diameter benjolan kurang dari 3 cm, permukaan rata, batas tegas, konsistensi kenyal, tidak nyeri tekan, warna sama dengan kulit sekitar dan mobil.
Pasien tidak mengeluh demam, tidak mengalami sakit kepala, tidak mengalami muntah- muntah, tidak ada gangguan penglihatan, tidak mengalami gangguan pendengaran dan tidak ada gangguan pembauan. Pasien mengatakan tidak mengalami keluhan batuk-batuk dan sesak napas. Pasien juga tidak memiliki keluhan perut sebah, mual ataupun mutah. Pasien bekerja sebagai pelajar/mahasiswi, tidak memiliki kebiasaan merokok, tidak memakai gigi palsu, tidak punya kebiasaan minum alkohol. Lingkungan rumah pasien juga tidak terpapar debu atau bahan kimia industri.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
• Pasien mengaku ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang serupa.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Kuantitatif : GCS : E4M6V5
Vital sign TD : 120/80 mmHg
N : 82 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36,2 oC (aksila)
Orientasi Waktu : Baik
Tempat : Baik
Orang : Baik
Kepala dan Leher
Kepala : Bentuk mesocephal, rambut panjang warna hitam, distribusi merata, tidak ada
tanda trauma
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek cahaya +/+, pupil isokor
diameter 3 mm / 3 mm
Hidung : Fungsi hidung baik, tidak ada discharge, tidak ada deviasi septum nasi
Telinga : Tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada discharge
Leher : Tidak ada deviasi trakea, tidak terdapat benjolan di kanan kiri leher
Thorak
Paru
Inspeksi : Simetris, datar, tidak ada pergerakan nafas yang tertinggal
Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : SD Vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis teraba pada ICS V 2 jari medial LMC
sinistra, tidak kuat angkat
Perkusi : Batas kanan atas : ICS II LPS dextra
Batas kanan bawah : ICS IV LPS dextra
Batas kiri atas : ICS II LPS sinistra
Batas kiri bawah : ICS V LMC sinistra
Auskultasi : S1>S2 regular-regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising Usus (+) normal
Palpasi : supel, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen
Extremitas
Tidak ada deformitas, tidak ada edema, tidak ada sianosis, akral hangat.
B. Status localis
Regio regio mamae sinistra
Inspeksi : Terlihat benjolan, warna sama dengan warna kulit sekitar
Palpasi : Teraba masa diameter sebesar 3 cm, padat, kenyal, mudah digerakkan, tidak nyeri tekan
2. RESUME
a. Anamnesis
Berdasarkan anamnesis kita dapat mempelajari tumor doubling time dari tumor mammae dengan menggunakan rumus :
Lama (Bulan) x 30 hari
Pembesaran
Pada kasus ini lamanya tumor adalah sekitar 2 bulan. Pembesarannya kira-kira 2-3 cm, jadi tumor duobling timenya adalah:
2 bulan x 30 hari = 20
3
b. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Sedang
Vital sign TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,7° C
Rr : 24 x/menit
Status generalis : Dalam Batas Normal
Status localis : Regio Mammae Sinistra
Inspeksi : Terlihat benjolan, warna sama dengan warna kulit sekitar
Palpasi : Teraba masa diameter sebesar 3 cm, padat, kenyal, mudah digerakkan, tidak nyeri tekan
3. DIAGNOSIS KLINIS ONKOLOGI
Tumor mammae sinistra curiga jinak suspek fibroadinoma mammae
4. DIAGNOSIS BANDING
• Kelainan fibrokistik
• Papiloma intraduktal
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DISARANKAN
a. Foto thorax AP
b. Biopsi jarum halus (histopatologi)
VIII. DIAGNOSIS KERJA
Bila Ada Hasil PA
IX. TINDAKAN DAN TERAPI
Melalui pembedahan pengangkatan tumor eksisi biopsi
X. PROGNOSIS
Dubia Ad bonam








FIBROADINOMA MAMMAE
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. LATAR BELAKANG
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang berbatas tegas dengan konsistensi padat kenyal.1 Fibroadinoma mammae adalah suatu neoplasma jinak yang berbatas tegas, padat, berkapsul dan lesi payudara terlazim dalam wanita berusia dibawah 25 tahun, sebagian besar (80%) tunggal.2 Penanganan fibroadinoma adalah melalui pembedahan pengangkatan tumor. Spesimen diperiksa untuk menyingkirkan diagnosa keganasan. Sistosarkoma filodes merupakan salah satu tipe dari fibroadinoma yang dapat kambuh jika tidak diangkat dengan sempurna.1

BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Fibroadinoma mammae adalah suatu neoplasma jinak yang berbatas tegas, padat, berkapsul dan lesi payudara terlazim dalam wanita berusia dibawah 25 tahun, sebagian besar (80%) tunggal. Biasanya neoplasma tampil sebagai massa payudara mobil, lobulasi tidak nyeri tekan, kenyal seperti karet berukuran 1-4cm. Ia tergantung hormon dan bisa berfluktuasi dalam diameter sebanyak 1 cm dibawah pengaruh estrogen haid normal, kehamilan, laktasi atau penggunaan kontrasepsi oral. Pertumbuhan bisa jelas selama kehamilan atau laktasi. Terapi dengan biopsi eksisi dan harus dinasehatkan karena jarang regresi involusional. Penampilan makroskopik berbeda dari tumor mammae apapun tepinya tajam dan permukaan potongannya putih keabu-abuan sampai merah muda dan homogen secara makroskopik. Secara histologi ada susunan lobus perikanalikuler yang mengandung stroma padat dan epitel proliferatif. Varian bisa memperlihatkan proliferasi epitel yang jelas dari kelenjar matang tak teratur yang dikemas padat dan epitel sekresi.2
Fibroadenoma mammae yang dikeluarkan selama laktasi cukup selular dan telah dikelirukan pada potongan beku dengan adenokarsinoma berdiferensiasi baik. Ahli patologi yang memeriksa suatu fibroadinoma yang dikeluarkan selama kehamilan harus selalu di informasikan bahwa lesi berasal dari payudara laktasi.2


2.2. ETIOLOGI DAN PREDISPOSISI
Merupakan penyakit payudara tersering kedua yang menyebabkan benjolan di payudara. Tersering pada usia antara 20-35 tahun, fibroadenoma mammae jarang terdapat pada pada wanita setelah menopause. Lesi-lesi ini dapat tumbuh lambat selama kehamilan.3

2.3. PATOGENESIS
Belum ada patogenesis yang pasti dari fibroadinoma tetapi dapat dikaitkan dengan rangsangan hormon estrogen yang tinggi. Pada masa adolesens, fibroadinoma mammae bisa terdapat dalam ukuran yang besar. Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang menopause, saat rangsang estrogen yang tinggi.4

2.4. DIAGNOSIS
Fibroadenoma mammae biasanya tidak menimbulkan gejala dan ditemukan secara kebetulan. Pada 10-15% kasus, fibroadinoma mammae bersifat majemuk. Tumornya bersifat keras, kenyal, dan tidak nyeri tekan, bulat, berbatas tegas dan pada palpasi terkesan bahwa ia mudah berlari-lari. Pemikiran kita yang pertama, adalah untuk membedakan fibroadinoma dengan kanker. Diperlukan eksisi tumor, atau memastikan diagnosa dengan aspirasi jarum halus. Resiko utama adalah, bila fibroadinoma yang tidak tereksisi bertumbuh dan menimbulkan nyeri, khususnya selama kehamilan. Umumnya tidak ditemukan adanya kanker yang tumbuh menginvasi fibroadinoma, dan pula sangat jarang (satu per seribu) untuk menemukan kanker yang berasal dari jaringan fibroid (sebagian besar karena kanker in situ). Karena resiko kanker meningkat menjadi 1 dalam 30, kemungkinan adanya kanker pada fibroadinoma menjadi lebih sedikit, dari pada tidak adanya fibroadinoma.3




2.5. PENATALAKSANAAN DAN PROGNOSIS
Terapi fibroadinoma mammae adalah eksisi dengan anastesi lokal. Bila penderita muda, dan lesi kecil, diagnosa dapat ditegakkan dengan aspirasi jarum halus, bila penderita tidak menginginkan biopsi dengan eksisi. (samapai kini belum ada publikasi ilmiah tentang penyelidikan terhadap fibroadinoma, yang tetap dibiarkantanpa tindakan, hal ini harus diberitahukan kepada penderita yang menolak pembedahan).3
Fibroadinoma yang lebih besar (lebih dari 2 cm) harusdiangkat, karena dapat menyebabkan nyeri, dan dapat bertumbuh terus.3 Prognosis dari fibroadinoma mammae adalah baik, bila diangkat dengan sempurna, tetapi bila masih tertapat jaringan sisi dari hasil operasi dapat kambuh kembali.3

















DAFTAR PUSTAKA
1. Anderson Silvia, McCarty Lorraine, et al. Patofisiologi. Edisi VI. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. 2006; p. 1302.
2. Sabiston C David jr. Buku Ajar Bedah. Edisi II. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. 1995; p. 383-384.
3. Schorock Theodore R. Ilmu Bedah (handbook of surgery). Edisi VII. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. 1991;p. 184.
4. De Jong Wim, Sjamsuhidajat R, Editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. 2005;p. 392.

Minggu, 17 Mei 2009

gw di pwt ,,,, gila nih kota panas banget ya.... perasaan di jkt gak sepanas ini deh walopun polusi jkt no1... tadi siang gw tidur trus gw kebangun coz badan gw basah karna keringet.... trus gw liat termometer ruangan gw ternyata suhu disi mencapai 34 derajat celsius.... sinting,,, pantes aja panas betzzz.... huffff,, untung di kontrakan ada kulkas... memang penyelamat tuh kulkas.... thx ya kulkas,,, lu sangat berjasa banget bagi hidup gw... hehehehehe